logo-raywhite-offcanvas

23 Jun 2022

Metropole: Bukan Bioskop Biasa

Metropole: Bukan Bioskop Biasa

Jika Anda merupakan penggiat film atau Anda adalah seorang sineas, nama “Metropole” pasti sudah tidak asing di telinga Anda. Ya, Bioskop Metropole, atau sekarang lebih dikenal dengan nama Metropole XXI, yang terletak di sudut Jalan Pegangsaan dan Jalan Diponegoro, merupakan lokasi yang sangat strategis mengingat kedua jalan tersebut merupakan pertemuan dari arah Bundaran Hotel Indonesia, Cikini, Matraman dan Manggarai. Metropole merupakan bioskop tertua di Jakarta, bioskop yang sudah berumur lebih dari lima dekade ini bahkan telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Kelas A berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. 475 Tahun 1993.

 

Metropole XXI

 

Dibangun pada tahun 1949 dan selesai pada tahun 1951, Metropole resmi berdiri dengan ditandai oleh pemutaran film Annie Get Your Gun (1950) yang disutradarai oleh George Sidney. Peresmian Metropole dihadiri oleh nama-nama besar, antara lain Rahmi Rachim (istri Wakil Presiden Mohammad Hatta), Sultan Hamengkubuwono IX dan Haji Agus Salim.

Metropole dirancang oleh Liauw Goan Singengan dengan berkonsep Art Deco, namun seringkali disangka dirancang oleh seorang arsitek Belanda yang bernama Johannes Martinus Gorenewegen. Sampai detik ini, konsep kental Art Deco masih bisa terlihat dengan jelas di bangunan bioskop ini.

Pada masa awal, Metropole sangat identic dengan film-film populer Amerika, seperti War and Peace (King Vidor, 1956) dan Gone with the Wind (Victor Fleming, 1936), dari penampilan Marilyn Monroe sampai Audrey Hepburn. Memang, Metropole pada saat itu merupakan bioskop kelas satu yang terkontrak untuk menayangkan film-film produksi Metro Goldwyn Mayer (MGM), akhirnya di pagelaran Festival Film Indonesia pada tahun 1955, Metropole mulai ikut menayangkan film-film Indonesia.

 

Bioskop Metropole

 

Metropole sudah beberapa kali berganti nama, penggantian pertama terjadi di tahun 1960, pada saat itu Presiden Soekarno memerintahkan Metropole untuk mengganti namanya yang berbau asing menjadi Megaria, dengan kebijakan Presiden tentang anti-Barat. Kemudian, pada saat Presiden Soeharto, Megaria menjadi Megaria Theatre. Baru pada saat gedung bioskop ini disewakan pada tahun 1989 kepada jaringan 21 Cineplex namanya kembali berubah menjadi Metropole.

Dengan sejarah yang panjang, Metropole tetap menjadi salah satu “rumah” untuk penggiat film dan sineas Indonesia, sampai sekarang ini masih terlihat keramaian dan antuasiasme penonton. Metropole bukanlah sebuah bioskop biasa, Metropole merupakan sebuah bagian dari sejarah perfilman Indonesia, sebuah gelar prestisius yang hanya dipunyai oleh Menteng, dan kami Ray White Menteng siap melayani dan membantu Anda meraih experience prestisius dalam jual beli properti di Menteng. Ingat hunian, ingat Ray White!

 

Sumber: CNBCIndonesia.com, Kumparan.com, Fimela.com

Share
Search